Wahai diri, engkau tahu sebenarnya
Engkau hanyalah hamba paling dhaif
Engkau hamba kepada tuan segala tuan
Sewajarnya sifat hamba itu mentaati
Menurut titah tanpa betah tiada bantah
Tapi bagaimanalah engkau ini oh diri..
Acapkali engkau berperanan bagai tuan
Lalu layakkah engkau dipanggil hamba???
Oh diri! Tidakkah engkau tahu rasa malu
Saat engkau tak berdaya
Pada-Nya engkau merayu simpati
Kala engkau dililiti kesempitan
Engkau mohon suatu kesempatan dari-Nya
Waktu engkau dalam kegundahan
Engkau minta pada-Nya sekelumit ketenangan
Semasa engkau terasa kekosongan melanda jiwa
Engkau berdoa persis tanpa penghujungnya
Namun bila semua itu berakhir dan diakhiri
Engkau pula berpaling dari-Nya
Di manakah nilai malu engkau pada-Nya?
Sedangkan pandangan-Nya tak pernah terlepas daripada engkau
Sedarkah engkau wahai diri...
Wahai diri yang selalu alpa!
Buatlah sesuka hati semahunya
Tapi ingatlah! Esok engkau pasti mati jua
Bersediakah engkau dijemput pulang?
Tahukah engkau apa rasanya saat nyawa keluar dari jasad?
Walhal Nabi yang mulia itu pun mengerih dalam kesakitan bercucuran keringatnya
Dipinta pada puterinya Fatimah Az-Zahra sekendi air
Buat membasah kegeringan tekak yang menahan suatu keperitan
Ini pula engkau yang setiap detik bergelumang dengan najis noda
Setiap hari catatan amalan engkau diakhiri dengan lumuran dosa
Lalu patutkah engkau merasa tidak akan melewati kesakitan maut itu
Bayang-bayangkanlah selalu saat menghadapi kematian itu..
Mungkin masa itu engkau keseorangan...
Aduhai diri! Mahu atau tidak engkau pasti kembali pada-Nya
Setiap diri tetap jua menempuh satu hari bernama kematian
Tiada siapa yang penah hidup menongkat dunia selamanya
Sampai waktunya... engkau akan ke perut bumi jua
Hai diri, di sana gelap gelita
Disana amat sempit, di sana sunyi sepi
Gelap gelita jika kau datang tanpa amalan
Amat sempit andai engkau bertamu tiada bekalan
Sunyi sepi kalau engkau sampai rohani tak berisi
Mungkinkah.. engkau akan merasai taman-taman syurga?
Atau akan tersepit di kancah-kancah neraka?
Duhai diri.. bersedialah selalu...
Engkau pasti meninggalkan dunia yang fana ini
Percayalah...saat itu;
Batin dan naluri ayah ibumu pasti menjerit....
Andai engkau suami, isteimu menjadi balu
Anak-anakmu menjadi yatim piatu...
Apa yang bertahta di hati terpaksa ditinggalkan
Engkau akan terpisah dari segalanya...
Bersediakah engkau wahai diri menanti detik itu?
Apa yang engkau tinggalkan untuk mereka??
Aduhai diri... di sana nanti di kampung akhirat;negara abadi
Engkau kelak akan dipertontonkan autobiografi hidupmu sepanjang usia di dunia
Oh! Malunya saat itu nanti...
Apa yang tersembunyi akan terbongkar
Yang tersembunyi di dalam dada digambarkan
Engkau tidak mampu berpura-pura...
Segala sandiwaramu jelas kelihatan
Siapa lagi yang boleh engkau tipu tika itu?
Wahai diri yang sering alpa...
Alangkah malangnya nasib engkau bila engkau derhaka pada-Nya
Nanti engkau dipanggang dalam perut Jahannam
Tak siapa mengendahkan lolongan engkau di dalam perut api Jahannam itu
Wahai diri, bukankah engkau amat tahu
Sengatannya saja pun tak tertanggung seisi alam
Ingat-ingatlah selalu...
Engkau datang sendiri-sendiri
Engkau kembali pada-Nya sendirian jua...
Menangislah selalu
Nasib engkau belum tahu...
No comments:
Post a Comment